BUKU 2
Data Buku
Judul buku : Landasan
Psikologi Proses Pendidikan
Pengarang : Prof. Dr.
Nana Syaodih Sukmadinata
Penerbit : PT REMAJA
ROSDAKARYA
Tahun terbit : Cet 6, 2011
Kota terbit : Bandung
No. ISBN : 979 692 240
1
Tebal Buku : 286 halaman
Harga Buku : RP. 65.000
Oleh: Rahma Mustika Kanapi
§ Ringkasan Buku
Landasan
filosofis pendidikan merupakan bagian penting yang harus dipelajari dalam dunia
pendidikan, hal ini dikarenakan pendidikan bersifat normatif dan perspektif.
Selain itu juga, dengan filosofis pendidikan kita akan mengetahui mengapa, apa,
dan bagaimana kita melakukan pelajaran, siapa yang kita ajar, dan mengenai
hakikat belajar. Buku ini hanya berlaku untuk 1 semester yang terdiri dari 14
pokok bahasan, setiap 1 pokok bahasan terdiri dari sub bab.
Bab 1
Proses Pendidikan
Dalam bab proses pendidikan ini
terdapat pembahasan tentang interaksi pendidikan, tujuan pendidikan, lingkungan
pendidikan, dan bentuk pendidikan.
1.
Interaksi
pendidikan yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta didik. Dalam
saling mempengaruhi ini peranan pendidik lebih besar, karena kedudukannya
sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai
nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan
2.
Tujuan
pendidikan selalu terarah kepada yang postitif. Perbuatan pendidikan tidak
mungkin dan tidak pernah diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan yang
merugikan atau bertentangan dengan kepentingan peserta didik ataupun
masyarakat.
3.
Lingkungan
pendidikan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, intelektual, dan
nilai-nilai.lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan
manusia. Bentuk pendidikan diberikan melalui bimbingan, pengajaran dan latihan.
Bab 2
Konsep dan Lingkup Landasan
Psikologis
Dalam bab konsep dan lingkup landasan psikologis ini terdapat
pembahasan tentang landasan psiologis, tujuan dan kegunaan mempelajari
psikologi, ruang lingkup psikologi, landasan psikologi proses pendidikan,
tujuan mempelajari landasan psikologis proses pendidikan, ruang lingkup landasan
psikologis proses pendidikan.
1.
Landasan
psikologis merupakan dasar-dasar pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudut
karakteristik dan perilaku manusia, khususnya manusia sebagai individu.
2.
Tujuan
dan kegunaan mempelajari psikologi adalah pertama, agar seseorang mempunyai
pemahaman yang lebih baik tentang individu, baik dirinya sendiri, maupun orang
lain. Kedua, dengan hasil pemahaman tersebut seseorag diharapkan dapat
bertindak ataupun memberikan perlakuan yang lebih bijaksana.
3.
Ruang
lingkup psikologi cukup luas, sebab individu manusia berada dalam berbagai
posisi, kondisi dan tahap perkembangan.
4.
Landasan
psikologis proses pendidikan, berintikan interaksi antara pendidik (guru)
dengan peserta didik (siswa) untuk meningkatkan kemampuan para peserta didik,
dengan dukungan sarana dan fasilitas tertentu yang berlangsung dalam suatu
lingkungan tertentu.
5.
Tujuan
mempelajari landasan psikologis proses pendidikan adalah interaksi antara guru
dengan siswa. Ada dua tujuan utama dari studi tentang landasan psikologis
proses pendidikan. Pertama, agar para guru, para pendidik atau calon guru dan
calon pendidik mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang situasi pendidian.
Kedua, agar para guru, pendidik atau calon guru, calon pendidik mampu
menyiapkan dan melaksanakan pengajaran dan bimbingan terhadap siswa, peserta
didik dengan lebih baik. Dengan dua bekal tersebut diharapkan guru, pendidik
dapat membantu siswa, peserta didik dalam mencapai perkembangan yang
setinggi-tingginya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
6.
Ruang
lingkup landasan psikologis proses pendidikan mempelajari situasi pendidikan
dengan fokus utama interaksi pendidikan, yaitu interaksi antara siswa dengan
guru, yang berlangsung dalam suatu lingkungan.siswa menduduki tempat yang
paling utama dalam interaksi ini. Seluruh kegiatan interaksi pendidikan
diciptakan bagi kepentingan siswa, yaitu membantu pengembangan semua potensi
dan kecakapan yang dimilikinya setinggi-tingginya
Bab 3
Perilaku Siswa Sebagai Individu
Dalam bab perilaku siswa sebagai individu ini terdapat pembahasan
konsep individu dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu.
1.
Konsep
individu, siswa atau peserta didik yang melakukan kegiatan belajar mengajar
atau mengikuti proses pendidikan, adalah individu. Baik di dalam kegiatan
klasikal, kelompok ataupun individual, proses dan kegiatan belajarnya tidak
dapat dilepaskan dari karakteristik, kemampuan dan perilaku individualnya.
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku individu, baik yang bersumber dari dalam dirinya
(faktor internal) atau pun yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal).
Bab 4
Dinamika Perilaku Individu
Dalam bab dinamika perilaku individu ini terdapat pembahasan
tentang interaksi individu dengan lingkungan, dan motivasi.
1.
Interaksi
individu dengan lingkungannya, yaitu: (a) individu menerima lingkungan, dan (b)
individu menolak lingkungan.
2.
Motivasi
terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri individu.
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, akan
mempengaruhi kekuatan dari kegiatan tersebut, tetapi motivasi juga dipengaruhi
oleh tujuan. Makin tinggi dan berarti suatu tujuan, makin besar motivasinya,
dan makin besar motivasi akan makin kuat kegiatan dilaksanakan. Proses motivasi
ini meliputi tiga langkah, yaitu :
a.
Adanya
suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga pendorong (desakan, motif,
kebutuhan dan keinginan) yang menimbulkan suatu ketegangan atau tension.
b.
Berlangsungnya
kegiatan atau tingkah laku yang diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan yang
akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.
c.
Pencapaian
tujuan dan berkurangnya atau hilangnya ketegangan.
Bab 5
Perasaan dan Emosi
Dalam bab perasaan dan emosional ini terdapat pembahasan tentang
perasaan, emosi, dan cinta. Emosi dan perasaan merupakan suasana psikis atau
suasana batin yang dihayati seseorang pada suatu saat. Dalam kehidupan sehari-hari
keduanya sering diartikan sama, dan untuk keduanya juga digunakan istilah yang
sama yaitu perasaan.
1.
Perasaan
seperti halnya juga emosi merupakan suatu suasana batin atau suasana hati yang
membentuk suatu kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak dari ujung yang
paling positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling negatif,
sangat tidak senang.
2.
Emosi,
perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi,
dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin, suatu stirred up or aroused
state of the human organization. Emosi seperti halnya perasaan juga
membentuk suatu kontinum, bergerak dari emosi positif sampai dengan yang
bersifat negatif. Macam-macam emosi ada takut, cemas, dan khawatir. Marah dan
permusuhan. Rasa bersalah dan rasa berduka.
3.
Cinta,
jenis perasaan ini sangat populer, banyak diangkat menjadi tema-tema karya
seni, mengandung keindahan, romantika di samping banyak menimbulkan tragedi
baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Erich Fromm (1957) membedakan ada
lima macam cinta, yaitu : cinta sahabat, cinta orang tua, cinta erotik, cinta
diri sendiri dan cinta Tuhan.
Bab 6
Kecakapan
Dalam bab kecakapan ini terdapat pembahasan tentang konsep
kecakapan, kecerdasan, kecerdasan jamak, kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual, mengukur kecerdasan, bakat dan hasil belajar, kreativitas.
1.
Konsep
kecakapan, kepribadian individu merupakan suatu kesatuan, tetapi secara garis
besar dapat dibedakan dalam beberapa aspek, yaitu : aspek intelektual,
fisik-motorik, sosial, dan emosional.
2.
Carl
Witherington, mengemukakan enam ciri dari perbuatan yang cerdas, yaitu :
a.
Memiliki
kemampuan yang cepat dalam bekerja dengan bilangan (facility in the use of
numbers).
b.
Efisien
dalam berbahasa (language efficiency).
c.
Kemampuan
mengamati dan menarik kesimpulan dari hasil pengamatan yang cukup cepat (speed
of perception).
d.
Kemampuan
yang mengingat yang cukup cepat dan tahan lama (facility in memorizing).
e.
Cepat
dalam memahami hubungan (facility in relationship).
f.
Memiliki
daya khayal atau imajinasi yang tinggi (imagination).
3.
Kecerdasan
jamak menurut Gardner ada tujuh macam kecerdasan yaitu :
a.
Intelegensi
linguistik-verbal
b.
Kecerdasan
matematis-logis
c.
Kecerdasan
ruang-visual
d.
Kecerdasan
kinestetik atau gerakan fisik
e.
Kecerdasan
musik
f.
Kecerdasan
hubungan sosial
g.
Kecerdasan
kerohanian
4.
Kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual. Zohar dan Marshall, mengemukakan beberapa
indikator dari kecerdasan spiritual yang tinggi, yaitu :
a.
Kemampuan
untuk menjadi fleksibel
b.
Derajat
kesadaran diri yang tinggi
c.
Kecakapan
untuk menghadapi dan menggunakan serangan
d.
Kecakapan
untuk menghadapi dan menyalurkan/memindahkan rasa sakit
e.
Kualitas
untuk terilhami oleh visi dan nilai
f.
Enggan
melakukan hal yang merugikan
g.
Kecenderungan
melihat hubungan antar hal yang berbeda (keterpaduan)
h.
Ditandai
oleh kecenderungan untuk bertanya mengapa, mencari cawaban mendasar,
i.
Mandiri,
menentang tradisi.
5.
Mengukur
kecerdasan atau intelegensi itu merupakan suatu kapasitas umum atau suatu
kecakapan potensial umum, jadi belum merupakan kecakapan nyata. Penilaian atau
pengukuran terhadap sesuatu yang masih bersifat potensial sesungguhnya sangat
sulit, sebab masih bersifat tertutup.
6.
Bakat
dan hasil belajar. Bahwa bakat merupakan kecakapan potensial yang bersifat
khusus yaitu khusus dalam sesuatu bidang atau kemampuan tertentu. sedangkan
hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan
potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
7.
Kreativitas.
Kemampuan ini banyak dilandasi oleh kemampuan intelektual, seperti intelegensi,
bakat dan kecakapan hasil belajar, tetapi juga didukung oleh faktor-faktor
afektif dan psikomotor. Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, cara-cara baru, model
baru yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat.
Bab 7
Perkembangan Peserta Didik
1.
Konsep
perkembangan
a.
Pengertian
perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif yaitu menuju ketahap
yang lebih tinggi, lebih besar, lebih baik dari seluruh aspek kepribadian.
b.
Prinsip-prinsip
perkembangan
1)
Perkembangan
berlangsung seumur hidup dan meliputi seluruh aspek.
2)
Setiap
individu memiliki kecepatan dan kuatitas perkembangan yang berbeda.
3)
Perkembangan
secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu.
4)
Perkembangan
berlangsung secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit.
5)
Perkembangan
berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke yang lebih khusus,
mengikuti proses diferensiasi dan integrasi.
6)
Secara
normal perkembangan individumengikuti selurih fase, tetapi karena faktor-faktor
khusus, fase tertentu dilewati dengan cepat atau sangat lambat.
7)
Sampai
batas-batas waktu perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat.
8)
Perkembangan
aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya.
9)
Pada
saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang
tertentu perkembangan pria berbeda dengan wanita.
c.
Aspek-aspek
perkembangan. Secara garis besar dapat dibedakan beberapa aspek perkembangan,
yaitu : fisik-motorik, intelektual, sosial-komunikasi, dan afektif yang
meliputi emosi, sikap, moral dan keagamaan. Perkembangan aspek tersebut terbagi
lagi atas aspek-aspek yang lebih kecil, yang didalam kenyataannya seringkali
sukar dipisahkan bahkan dibedakan, karena terkait satu dengan yang lainnya,
saling pengaruh mempengaruhi, dan berintegrasi.
2.
Tahap-tahap
perkembangan dimulai sejak masa konsepsi dan berakhir menjelang kematiannya.
Berdasarkan kesamaan karakteristik dan segi-segi yang menonjol pada
periode-periode tertentu, para ahli psikologi perkembangan emagi keseluruhan
masa perkembangan atas tahapn-tahapan tertentu. aristoteles membagi masa
perkembangan atas masa : kanak-kanak, anak, remaja dan dewasa dalam rentang
waktu 7 tahunan.
Bab 8
Kepribadian
1.
Konsep
kepribadian
Dalam
kehidupan sehari-hari orang mengartikan kepribadian sangat beragam. Ada yang
mengartikan sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki, sifat-sifat yang
menarik atau tidak menarik, pengaruh seseorang kepada yang lain, keagresifan,
sebagai benda yang dimiliki sedikit atau banyak, terbatas kepada faktor-faktor
jasmaniah, semata-mata hasil kebudayaan, atau sebagai jumlah sifat atau
ciri-ciri.
2.
Konsep
aku. Manusia adalah makhluk istimewa, selain karena memiliki
kemampuan-kemampuan lebih tinggi dari makhluk lainnya ia juga memiliki apa yang
disebut aku, diri atau dalam bahasa inggrisnya self atau ego. Aku
atau self memiputi segala kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita, baik yang
disadari ataupun tidak disadari individu tentang dirinya.
3.
Tipologi
kepribadian merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh dan kompleks. Walaupun
tiap orang memiliki kepribadiannya sendiri-sendiri, beberapa ahli mecoba
melihat kesamaan-kesamaan dan dirumuskannya dalam tipologi kepribadian.
Tipologi lama dari Hipocrates kemudian diperkuat oleh Galenus, membedakan
kepribadian atas tipe kholerik, melankolik, flegmatik dan sanguinis. Beberapa
tipologi baru, banyak memasukkan karakteristik sosial.
4.
Kesehatan
mental dibedakan dengan ilmu kesehatan mental. Kesehatan mental berkenaan
dengan kondisi mental yang sehat, yang tidak sakit, sedang ilmu kesehatan
mental berkenaan dengan prinsip-prinsip dan usaha-usaha untuk menciptakan
kesehatan mental atau mental yang sehat.
Bab 9
Konsep dan Teori Belajar
1.
Konsep
belajar
Individu
selalu berkembang sebagian besar perkembangan tersebut diperoleh melalui
belajar. Ada dua hal penting dalam belajar. Pertama belajar berlangsung melalui
pengalaman. Pengalaman sendiri, bersama guru atau teman, menggunakan buku,
internet ataupun pengalaman langsung. Kedua, melalui proses belajar tersebut
terjadi perubahan-perubahan dalam setiap aspek kepribadian. Perubahan ke arah
yang lebih tinggi, lebih berkualitas, lebih baik, tetapi biasa saja ke arah
yang kurang baik, baik yang nampak maupun yang tidak nampak.
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar seperti faktor dalam diri individu dan faktor
lingkungan.
3.
Prinsip-prinsip
belajar, beberapa prinsip umum belajar :
a.
Belaar
merupakan bagian dari perkembangan.
b.
Belajar
berlangsung seumur hidup.
c.
Keberhasilan
belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan
serta usaha dari individu sendiri.
4.
Beberapa
teori belajar
Secara
garis besar dikenal ada tiga rumpun besar psikologi yaitu: teori disimplin
mental, behaviorisme, dan Cognitive-Gestalt-Field.
Bab 10
Belajar di Sekolah
1.
Belajar
proses dan belajar hasil
Secara
garis besar dibedakan dua pendekatan dalam belajar, yaitu pendekatan yang
menekankan hasil dengan yang enekankan proses belajar. Pendekatan yang
menekankan hasil dilatarbelakangi oleh psikologi daya, Herbatisme dan Behavioriseme.
Dalam pendekatan tersebut yang diutamakan adalah penguasaan hasil atau target
belajar.
2.
Sasaran
belajar
Belajar
merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian individu, baik segi
fisik maupun psikis. Belajar diarahkan pada pencapaian sasaran atau tujuan
belajar, baik yang berjangka panjang (tujuan institusional, kurikuler) maupun
tujuan jangka pendek (tujuan pembelajaran), Bloom dkk, membagi tujuan-tujuan
ini atas tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Masing-masing ranah
tersebut terbagi lagi atas beberapa sub ranah yang bersifat hierarhis, mulai
dari yang rendah sampai yang tinggi.
3.
Bentuk-bentuk
kegiatan belajar
David
P. Ausubel dan Floyd g. Robinson (1969) mengemukakan empat bentuk proses
belajar mengajar yaitu belajar menerima dan belajar menemukan, belajar bermakna
dan belajar menghafal. Belajar menemukan atau belajar diskaveri dan belajar
menerima, pengertiannya hampir sejalan dengan kedua pendekatan yang telah
dibicarakan di muka, yaitu pendekatan proses dan pendekatan hasil. Belajar
diskaveri lebih mengutamakan kepada proses, sedangkan belajar menerima lebih
menekankan kepada hasil.
4.
Belajar
tuntas
Suatu
upaya belajar di mana siswa dituntut menguasai hampir seluruh bahan ajaran.
Karena menguasai 100% bahan ajar sangat sukar, maka yang dijadikan ukuran
biasanya 85% tujuan yang harus dicapai.
5.
Belajar
afektif
Belajar
afektif berbeda dengan belajar intelektual dan keterampilan. Karena segi
afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi
khusus, yang harus dipelajari. ada beberapa model belajar mengajar yang
afektif, yang populer dan banyak digunakan, seperti : model konsiderasi, model
pembentukan rasional, klarifikasi nilai, pengembangan moral-kognitif, model
nondirektif.
Bab 11
Belajar Dalam Lingkup Luas
Dalam belajar di sekolah ini terdapat pembahasan tentang tantangan
untuk belajar secara luas, empat pilar belajar, masyarakat belajar, E-Learning,
memadukan e-learning dengan belajar di sekolah.
1.
Tantangan
untuk belajar secara luas
Dewasa ini terjadi perkembangan yang
sangat cepat berbagai aspek kehidupan: sosial, ekonomi, budaya, politik,
komunikasi, keamanan, dll., yang dilatarbelakangi oleh pesatnya kemajuan
dibidang ilmu dan teknologi. Perkembangan-perkembangan tersebut menimbulkan
berbagai tantangan, terutama tantangan bagi perkembangan penduduk bumi ini agar
bisa setaraf dan berjalan dengan tuntunan perkembangan tersebut.
Unesco dalam salah satu laporan
komisinya yang berjudul Learning: the Treasure Whitin (1996), mengemukakan
sejumlah tantangan yang berupa keseimbangan tekanan (tension), yaitu tantangan
yang berupa tuntutan: global dengan lokal, universal dengan individual,
tradisional dengan modern, pertimbangan jangka panjang dengan jangka pendek,
kompetisi dengan pemberian kesempatan yang sama, perluasan pengetahuan yang
luar biasa dengan kemampuan rata-rata manusia untuk menguasainya, antara
tuntutan spiritual dengan kebutuhan material.
2.
Empat
pilar belajar
Untuk menghadapi dan menyesuaikan
diri dengan tuntutan perkembangan dunia yang sangat cepat, Unisco merumuskan
empat pilar belajar, yaitu: belajar mengetahui (learning to know), belajar
berkarya (learning to do), belajar hidu bersama (learning to live together),
dan belajar berkembang secara untuh (learning to be).
3.
Masyarakat
belajar
Ronald Gross dalam Peak Learning
(1991) mengidentifikasi enam mitos tentang belajar: a) bahwa belajar itu
membosankan, merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan, b) belajar hanya
berkenaan dengan materi dan keterampilan yang diberikan di sekolah, c)
pembelajar harus pasif, menerima dan mengikuti yang diberikan guru, d) dalam
belajar, si pembelajar berada di bawah perintah dan aturan guru, e) belajar
harus sistematis, logis dan terencana, f)belajar harus mengikuti seluruh apa
yang telah ditentukan.
Masyarakat tercipta apabila, para
temaja yang telah menamatkan pendidikan dan orang dewasa yang telah bekerja,
merasa butuh belajar, senang belajar dan terus melakukan kegiatan belajar.
Dalam masyarakat belajar yang belajar bukan hanya anak dan remaja tetapi juga
para orang dewasa. Belajar orang dewasa berbeda dengan anak dan remaja. Usia
mereka berbeda, kehidupan, urusan dan permasalahan mereka juga berbeda. Oleh
karena itu materi, metode, media, sumber, tempat dan waktu pembelajarannyapun
berbeda.
4.
E-Learning
banyak dilakukan di dunia bisnis, karena mereka membutuhkan informasi yang
paling barupaling akurat, selengkap mungkin, dan semurah mungkin. Karena
informasi tersebut selalu berubah dan bertambah, maka mereka perlu belajar
setiap saat. Dengan e-learning kita dapat belajar 24 jam sehari, mempelajari
segala macam ilmu pengetahuan dan informasi, dari seluruh pelosok dunia.
Menghadapi lautan pengetahuan dan informasi, kita tidak hanya melihat dan
mengenalnya, dan berbepan sebagai penonton. Kita juga harus menjadi pelaku ,
harus berusaha menguasai dan memanfaatkannya. E-learning tidak sekedar
mendapatkan pengetahuan dan informasi, tetapi juga menganalisis,
memilih-memilih, mereorganisasi-mengemas, melahirkan bentuk baru, menggunkannya
untuk berbagai tujuan dan pemecahan maslah.
5.
Memadukan
e-learning dengan belajar di sekolah
Meskipun e-learning banyak memiliki
keampuhan, tetapi tidak bida menggantikan kegiatan belajar di sekolah.
E-lerning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan
bersama pendekatan lainnya dalam pembelajaran di sekolah.
Bab 12
Pemahaman Pribadi Siswa
Dalam bab pemahaman pribadi siswa ini terdapat pembahasan tentang
tujuan dan kegunaan pemahaman, aspek-aspek yang dipahami, teknik-teknik
pemahaman, penggunaan hasil pemahaman.
Bab 13
Bimbingan Belajar
Dalam bab bimbingan belajar ini terdapat pembahasan tentang konsep
bimbingan, tujuan dan konsep bimbingan konseling, bimbingan belajar di sekolah,
dan teknik-teknik bimbingan belajar.
Bab 14
Guru dan Tugas-Tugasnya
Dalam bab guru dan tugasnya ini terdapat pembahasan tentang
siapakah guru, kematangan kepribadian guru, kemampuan profesional guru dalam
berkomunikasi, profesi pengajaran.
1.
Siapakah
guru: guru sebagai pribadi, guru sebagai pendidik dan pengajar, guru sebagai
pembimbing.
2.
Kematangan
kepribadian guru yaitu kedewasaan, kesehatan fisik dan psikis.
3.
Kemampuan
profesional yaitu penguasaan ilmu dan keterampilan keguruan, sifat dansikap
profesional, kemampuan bekerjasama.
4.
Kemampuan
guru dalam berkomunikasi
Pendidikan dan pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan
siswa. Interaksi pendidikan dengan pengajaran hampir seluruhnya menggunakan
media bahasa, entah bahasa lisan, tulis ataupun gerak dan isyarat. Interaksi
dengan menggunakan media bahasa disebut komunikasi. Dengan demikian komunikasi
memegang peranan yang menentukan dalam interaksi pendidikan atau pengajaran.
5.
Proses
pengajaran meliputi bentuk pengajaran, media pengajaran, penyampaian informasi,
mendapatkan informasi dari siswa, mengaplikasikan pengetahuan, membangkitkan
motivasi belajar, dan memberikan kritik.
§ Kelebihan Buku:
1)
Mudah
di mengerti karena menggunakan bahasa yang baku dan juga pembahasan
masing-masing bab jelas. Sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam memahami
materi
2)
Pada
masing-masing bab dilengkapi rangkuman sehingga memudahkan mahasiswa dalam
mencariinti pembahasan
3)
Buku
ini juga cocok untuk dibaca bagi para calon guru maupun guru atau juga orang
tua untuk lebih mengerti perkembangan anak, sehingga lebih mudah dalam
mengarahkan pendidikan anak.
§ Kekurangan Buku:
1)
Cover
buku kurang menarik
2)
Bahasa
yang digunakan dalam tersebut terlalu panjang dan agak berlebihan sehingga
membuat pembaca kesulitan untuk memahami buku tersebut
3)
Kurang
dilengkapi dengan gambar/tabel/bagan, sehingga membuat pembaca merasa mudah
bosan.